Jumat, 19 Juni 2009

PETUALANGAN ANAK KOST

Kisah ini berawal ketika gw pertama ngekost di Bandung, diantar oleh kaka kelas gw akhirnya gw menemukan tempat kost yang cocok dengan keinginan gw. Sebenernya rumah itu bukan tempat kostan, cuma karena ada kamar di lantai 2 yang kosong maka kamar itu disewakan, beruntung sekali gw, karena rumah itu cukup besar dan rapi juga memiliki pintu masuk ke kamar gw yang terpisah melewati garasi, sehingga kalau gw pulang malam gw ga perlu ngebangunin orang rumah lagi.

Dirumah itu hanya ada seorang perempuan setengah baya yang bertugas mengurusi rumah yang bernama teh Imas, umurnya kira 34 tahun dengan perawakan mungil dan kulit sawo matang. Dari teh Imas itulah akhirnya gw tau bahwa pemilik rumah itu adalah Ibu Itje, ibu muda yang baru setahun menikah dan bekerja sebagai seorang dokter di rumah sakit, sedangkan suami ibu Itje ini adalah pengusaha farmasi di Jakarta, yang seminggu sekali pulang ke Bandung. Sebenarnya gw ga begitu peduli dengan siapa dan bagaimana kehidupan pemilik rumah itu, yang penting gw bisa tinggal di tempat yang cocok dengan keinginan gw.

Cukup mahal juga sih sewa sebulannya, tapi dengan fasilitas yang gw dapatkan harga tersebut tidak jadi masalah, karena ortu gw menginginkan agar gw bisa nyaman dan betah sehingga lebih konsentrasi lagi dalam belajar. Tiap pagi teh Imas menyediakan sarapan pagi, ketika gw berangkat ke kampus teh Imas pun membersihkan kamar dan mencuci pakaian kotor yang gw taro di tempat yang disediakan.

Tak terasa sudah seminggu gw tinggal, tapi selama itu pula gw belum ketemu dengan pemilik rumah, dan pada malam Sabtu-nya gw mendengar teh Imas membukakan pintu garasi dan masuklah sebuah mobil sedan berwarna hitam, dan suara seorang perempuan yang ngobrol dengan teh Imas yang ternyata itu adalah suara ibu kost gw. Samar-samar gw mendengar dia bertanya ke teh Imas menanyakan siapa nama gw.

"Oh..jadi yang kost dikamar atas itu namanya Dimas", terdengar suara Ibu Itje dengan logat sundanya yang kental.
"Dah lapor belum ke RT ? Sekalian aja ntar besok pagi mintain KTP-nya, biar tidak kesalahan sama pengurus RT",tambahnya.
"Muhun bu.." sahut teh Imas.

Pagi hari seperti biasanya gw turun ke kamar mandi yang berada di bawah tangga, terdengar suara gemercik air dan suara perempuan yang sedang mandi sambil bersenandung, semula gw mengira suara itu suara teh imas yang sedang mandi, takseperti biasanya karena setiap gw bangun teh Imas masih ke pasar atau sibuk di dapur menyiapkan buat sarapan pagi gw.

Dan yang membuat gw tercengang ternyata pintu kamar mandi itu tidak ditutup, seakan dibiarkan terbuka. Gw berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil air putih, pas melewati kamar mandi secara reflek mata gw melirik ke dalam kamar mandi. Seketika itu pula kaki gw terasa tertancap kelantai. Karena secara jelas mata gw menangkap sesosok tubuh yang tidak terbungkus sehelai benang pun. Makin terpana mata ini seakan tak mau berkedip menyaksikan kulit putih mulus dengan body yang aduhai. Dengan posisi membelakangi gw dapat melihat ternyata orang yang bertubuh seksi tersebut adalah ibu Itje, ibu kost gw yang semalam baru gw dengar suaranya.

Darah gw berdesir dan jantung berdegup kencang ketika menyaksikan kemolekan tubuh ibu kost, tangannya yang lentik mengusapkan spon keseluruh kulit yang putih mulus, dengan kaki kiri yang di angkat bertumpu ke bathtub spon disapukan dari ujung kaki kiri menuju ke betis naik ke paha dan kebagian pangkal paha. Dibagian itu cukup lama pula spon itu di gosok-gosokannya, senandung lirih yang keluar dari mulut ibu kost perlahan berganti dengan suara desahan seperti orang kepedesan.

Makin lama spon itu dimainkan dibagian selangkangan makin bergetar pula tubuh seksi itu diiringi dengan liukan pantat yang mengkel seperti semangka, pinggul yang menyerupai biola spanyol bergerak meliuk-liuk seperti penari perut ala timur tengah. Kemudian tangan kirinya merayap kebagian dada sebelah kanan. Tampak jelas tangan itu meremas-remas payudaranya, sementara tangan kanannya masih tetap sibuk menggosok-gosok bagian selangkangannya.

Makin lama gerakan itu makin liar diserta desahan-desahan merdu seperti orang yang meracu keluar dari mulutnya. Tanpa gw sadari celana pendek yang gw pake terasa sempit bagian depannya, rupanya si otong yang dari tadi tertidur sudah bangun tegak mengacung
menyaksikan pemandangan pagi yang teramat indah.

Di dalam kamar mandi ibu Itje masih sibuk dengan kegiatan mengosok-gosok selangkangan dan tangan yang satunya sibuk meremas-remas payudaranya, wajahnya tengadah. Rambut hitam yang tadinya digulung sekarang nampak terurai sampai diatas pinggulnya. Makin mempesona saja sosok tubuh itu, kulit punggungnya yang putih mulus sekarang tertutup oleh rambutnya yang hitam dan lebat, sayangnya gw hanya bisa menyaksikan tubuh indah itu dari belakangnya saja, jadi gw tidak bisa menyaksikan ekspresi wajahnya. Namun meski demikian darah gw makin berdesir dan jantung semakin berdegup kencang sementera itu si otong makin tegang dan keras, seakan-akan menunjuk kearah tubuh yang seksi itu.

Tiba-tiba gw tersadar, kalau secara tiba-tiba tubuh itu berbalik kearah gw, pasti dia akan terkejut karena ada orang yang secara diam-diam menyaksikan tubuh telanjangnya. Sebelum hal itu terjadi dengan langkah yang mengendap-endap gw kembali menaiki anak tangga menuju kamar gw. Tinggal satu anak tangga lagi yang langsung berbelok ke arah kamar gw, tiba-tiba gw mendengar lenguhan lirih yang panjang yang keluar dari kamar mandi. Cukup jelas terdengar, rupanya ibu kost gw dah mencapai klimaks kenikmatannya meski dengan selft service. Dan tak lama kemudian terdengar guyuran air seperti layaknya orang mandi, dan tak lama pula terdengar langkah kaki yang menuju ke arah kamar depan, kamar ibu kost gw.

CHAPTER 2

Agak tergesa-gesa juga gw berpakaian karena hari ini ada jam kuliah pagi, sementara saat itu sudah jam setengah delapan berarti gw hanya punya waktu kurang dari 30 menit untuk menuju kampus gw. Setengah berlari gw turun melewati ruang tengah, saking terburu-burunya gw tidak memperhatikan anak tangga yang basah bekas tadi gw lewati selepas mandi. Rupanya hal tersebut yang membuat anak tangga jadi licin, hingga kaki gw tergelincir dan gw terjatuh membentur tiang dan menimbulkan suara yang berisik.

Terdengar langkah kaki setengah berlari dari ruangan depan memburu kearah gw dan ternyata itu adalah ibu kost gw, terlihat kaget dan panik di langsung bertanya, "Kenapa kamu De ?", sambil berdiri tepat diatas kepala gw yang saat itu masih tertunduk. "Kepeleset bu, anak tangganya licin", sambil gw pegangi lutut kanan gw yang terasa sakit karena terbentur tiang. "Bagian mana yang sakit?", tanyanya kembali.
"Ini bu lutut dan paha kanan saya tadi pas jatuh terbentur tiang", kata gw sambil meringis dan menengadah ke atas melihat ke wajah ibu kost. Mata gw langsung terkesiap melihat wajah cantik nan ayu, meski nampak belum berhias tapi wajah itu nampak cantik seperti dewi dari khayangan. Bentuk wajah yang oval hidung mancung dan bibir tipis yang merah merekah, sekilas wajah itu mirip seperti almarhum Nike Ardilla.

Dalam hati gw berkata ternyata tubuh telanjang yang tadi pagi gw nikmati dari belakang memiliki wajah yang dapat membuat laki-laki bertekuk lutut, sungguh sempurna tuhan menciptakan dia, beruntung sekali lelaki yang dapat menikmati keindahan tubuh wanita ini. Tiba-tiba saja lamunan gw buyar ketika ada sesuatu yang menyentuh lutut gw, ternyata dia ingin melihat seberapa parah kaki gw yang cidera. Gw hanya meringis meski cuma sekedar acting, karena rasa sakit tadi hilang dengan sendirinya ketika tangan dia mencoba untuk menarik ujung celana jeans gw. Tapi karena jeans yang gw pake ngepres maka dia cukup kesulitan karena cuma sampai betis gw aja yang kelihatan dengan bulunya yang lebat. Seakan tidak canggung lagi dia meminta gw untuk membuka celana karena dia ingin tau seberapa parah lukanya.

Seperti terhypnotis gw menuruti perintah dia, namun ada perasaan malu karena gw baru kenal dan takut kalau ada orang lain yang memeregoki. "Ga apa-apa buka aja mas, biar lukanya bisa kelihatan dan gampang mengobatinya". sambil tangannya membantu menarik celana gw yang sebelah kanan. Setelah terbuka maka gw pun bisa melihat ternyata kaki kanan gw diatas lutut cuma memar doang.

"Oh..ga begitu parah ko mas, cuma memar doang koq, nanti dikompres aja biar tidak bengkak, sebentar saya ambilkan obat kompresnya," kata dia sambil berdiri. Sewaktu dia duduk memegangi kaki gw tadi, gw sempet mencuri pandang kebagian dadanya yang besar, gw menebak pasti ukuran 36B. Apalagi dia hanya memakai daster yang hanya sebatas lutut dengan belahan dada yang rendah sehingga gw bisa dengan jelas melihat gunung kembar dia yang kelihatan membukit seperti jarang dijamah.

Dia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil obat kompres, dari belakang gw melihat bongkahan pantat dia yang menonjol dan ketika berjalan dua bongkahan itu bergoyang-goyang nampak guratan cd yang dipakainya tergambar di bongkahan tsb. Tanpa diperintah si otong dah terasa tegang. Dia kembali dengan membawa obat kompres dan langsung duduk didepan gw, kembali pandangan gw dihadapkan dengan dua gunung kembar dia yang menggantung seakan mau tumpah. Dan yang lebih membuat jantung gw berhenti ternyata sekarang dia sudah tidak mengenakan BH lagi. Bahkan ketika dia membungkuk untuk mengoleskan obat kompres semakin jelas terlihat belahan dada dia dengan bukit kembarnya yang menyembul dan bergelantungan dengan putingnya yang kecoklat-coklatan. Apalagi posisi duduk dia yang sembarangan membuat daster yang dipakainya tersingkap sehingga paha yang sintal dan putih dengan dihiasi bulu-bulu halus yang pirang.

CD gw terasa sesak karena si otong tiba-tiba mengeras dan berdiri tegak menonjol, gw tengsin juga kalau seandainya dia melihat perubahan yang terjadi di selangkangan gw. Nafas gw makin ngos-ngosan ketika tangan dia mulai mengusap bagian yang memar terasa dingin sehingga paha gw yang memar berasa enakan dan rasa sakitnya pun berkurang apalagi jari jemari dia yang lentik menyentuh kulit paha.

"Udah berasa enakan mas," tiba-tiba suara dia yang terasa merdu ditelinga membuyarkan pikiran kotor gw.
" E..e..enaxs..bu..!!! Ibu enaks banget..!!!" gw terbata-bata.
"Loh koq jawabnya gitu..??" sambil memandang muka gw yang memerah, "Duuuh Cantiknya ibu ini" tanpa sadar terlontar begitu saja yang keluar dari mulut gw.
"Oh maaf bu..." ucap gw seakan sadar apa yang telah tadi gw katakan.
"Ah bisa aja kamu, ya sudah coba sekarang kamu berdiri dan pake lagi celana mu." perintahnya seakan tidak mempedulikan permohonan maaf gw.

Gw coba bangkit untuk mengenakan celana, namun tiba-tiba otot kaki gw terasa tertarik sehingga gw terhuyung-huyung dan hampir tejatuh. untung saja dengan sigap tangan dia menarik tangan gw sehingga badan gw terdorong ke arahnya. Dan secara kebetulan juga posisi berdiri dia kurang kuat sehingga tubuhnya terdorong oleh badan gw dan kami pun jatuh ke sofa depan TV dengan posisi berpelukan dan tubuh diapun tertindih. Terasa dada dia yang montok mengganjal di dada gw begitu kenyal, dan sewaktu gw terjatuh tadi celana yang akan gw pake pun terpental sehingga hanya cd gw yang sudah sesak karena si otong menyentuh kulit perut dia. Begitu lembut karena daster yang dia pakepun tersingkap sampai diatas perut dan terpangpanglah paha putih dia sehingga dengan jelas gw melihat gundukan di pangkal pahanya yang hanya terbalut sehelai kain sutra dan bulu-bulu yang menghiasi kemaluannya dapat dengan jelas terlihat, karena dia mengenakan cd model G-String warna merah.

Masih dalam posisi berpelukan gw merasakan hembusan nafas dia yang menyapu leher gw, terasa hangat dan tercium aroma yang menggairahkan. Selanjutnya kami saling pandang, matanya yang sayu seakan memendam hasrat yang bergejolak dan seakan akan menelanjangi gw. Tak sepatah katapun terucap dari bibir merahnya yang merekah. Hanya deru nafasnya yang memburu sehingga bukit kembarannya terasa menempel ke dada gw.

Secara naluri gw coba untuk lebih erat memeluk dia dan diapun melakukan hal yang sama sehingga tubuh kami pun terasa menyatu.
CHAPTER 3

Dua mata saling memandang, hembusan nafasnya mulai tak beraturan, seakan terhipnotis, ketika dagu dia tengadah dengan bibir merah merekah sedikit terbuka. Gw tau saatnya kini gw melanjutkan aksi gw atau gw akan menyesal seumur hidup karena menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan penuh keberanian gw kecup bibir merekah itu dengan penuh perasaan, dia nampak diam tak bereaksi, matanya terpejam sementara nafasnya kian memburu. Kembali gw lumat bibir merah dia, ahh..terasa manis dan kenyal, cukup lama juga gw kulum bibir merah itu, semula hanya bermain di bagian luarnya saja, karena gw merasakan ada sensasi tersendiri ketika bibir atas itu gw kulum. Ya..sebuah sensasi yang timbul karena bulu-bulu halus yang menyerupai kumis (kalau di laki-laki) ditambah segar dan harumnya mulut dia.

Masih dalam posisi berpelukan di sofa, kali ini gw mencoba lebih berani lagi memainkan lidah gw diantara rongga mulutnya, Gw sapukan lidah gw menelusuri langit-langit mulut dia, kembali gw kulum dan sedikit dihisap lidah dia yang lancip di bagian ujungnya, kata orang tipe lidah begini yang bisa memberikan sensasi berbeda pabila kita berciuman. Benar saja ketika dia membalas kecupan gw dai mainkan juga lidah dia seperti ingin mengikatkan dengan lidah gw, saling mengulum saling memilin dan saling menghisap, seperti orang kesetanan dan sungguh tiada tara sensasi yang di hasilkan dari cara ciuman seperti ini.

Sesekali keluar juga desahan lirih dari mulut mungilnya, benar-benar seksi. Setelah cukup lama kami berciuman, kini kecupan bibir gw pindahkan ke arah leher dia yang putih dan jenjang, gw sapukan ujung lidah gw menelusuri bagian leher dia mulai dari dagu kearah telinga kiri, berhenti disitu, gw mainkan kembali lidah gw untuk mengulum ujung telinga dia, Ah......sssssst....akh...ssst.... hanya suara itu yang keluar dari mulutnya ketika lidah gw bermain diujung telinga dia. Kembali gw arahkan lidah gw kebagian leher dia yang sebelah kanan, seperti tadi dia tampak melenguh dengan mengeluarkan suara desahaan yang panjang....

"Teruskan masss.....kamu pintar ssssekali mencumbu waintaaa.....akh...ohhh". Bisik dia sambil menggaitkan tangannya keleher gw. Mendapat sambutan seperti itu gw makin pede lagi, gw tingkatkan kali ini serangan gw, gw serbu lagi bibir dia kali ini dengan gerakan yang lebih cepat dari tadi. Tangan gw yang dari tadi sama sekali tak bereaksi, kali ini mendapat gilirannya. Sambil gw mainkan lidah gw dibibir dan lidah dia, tangan gw mulai menelusuri kulit punggung dia, begitu halus dan dengan lembut pula jari jemari gw bermain menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya. Mulai dari bagian punggung terus menjalar kebagian pinggang dan terus kebagian bongkahan pantat dia, gw remas dengan gemas sekali-kali gw remas dan gw angkat pantat itu, sambil tak hentinya lidah gw bermain dimulut dia.

Ketika tangan gw aktif meremas pantat dia yang kenyal seketika itu pula dia mendesah sambil membalas kecupan lidah dia dengan rakus. Rupannya titik bagian sensitif dia ada di bibir, leher dan bagian pantatnya. Karena kalau ketiga bagian itu gw serang dia nampak lupa diri dan semakin kencang juga erangannya. Ada perasaan takut terdengar sampai keluar atau ketika teh Imas datang dia bisa memeregoki apa yang tengah gw lakukan dengan ibu kost gw. Akhirnya gw mengajak dia untuk pindah ketempat yang lebih nyaman lagi. Malah dia mengajak gw untuk melanjutkannya di kamar dia.

Sesampainya dikamar, ternyata kamar itu cukup luas dengan penataan seperti kamar hotel bintang lima serba lengkap dengan lampu yang redup sehingga menambah suasana lebih romantis, padahal saat itu sekitar pukul delapanan. Gw rebahkan tubuh mungil dia dengan posisi telentang seakan siap menerima serangan kembali dari gw. Dengan posisi seperti itu dia nampak cantik, rambutnya berserakan menutupi bantal yang dia gunakan untuk mengganjal kepalanya. Buah dada dia seakan membusung dengan nafas dia yang masih memburu sehingga dua gunung kembaran dia bergerak-gerak menunggu aksi berikutnya.

Dengan sengaja dia angkat kaki kanan dia menekuk sehingga daster tipis yang dia kenakan tersingkap memberikan pemandangan paha yang putih mulus dan gundukan bukit yang masih terbungkus g-string yang dia kenakan menunggu untuk gw daki. Melihat posisi dia yang sudah pasrah, gw coba mendekati tubuh itu dan duduk di sisi kasur sambil tangan gw mencoba untuk melepaskan daster dia, maka kini nampak tubuh setengah telanjang dia terpangpang jelas, begitu putih mulus dan bersih tanpa noda, dadanya yang besar ditambah bentuk pinggul dia yang menyerupai biola dan belum ada sedikitpun bagian yang keriput dari bagian tubuh dia, begitu kenyal dan sintal.

Gw kecup keningnya dengan penuh perasaan seakan sudah lama gw mengenal dia kemudian pindah kebagian matagw mainkan sebentar dengan menyapu alis dan bulu matanya kemudian pipi dia dan terus ke bibir dia yang mengiurkan dan seakan tak bosannya gw untuk mencumbunya. Kali ini tangan gw berusaha untuk melepas kaitan yang Bra yang membungkus gunung kembarnya. Dengan sedikit usaha akhirnya terlepasa juga dan tersembullah gundukan daging yang kenyak dengan pentilnya yang berwarna kecoklatan yang sudah tegak berdiri siap untuk di hisap.

Sapuan lidah gw kini beralih keleher dan gw teruskan untuk turun kebagian dadanya yang memang dari tadi ingin gw santap. Dari belahan tengah lidah gw bergeser meneaiki tete dia bagian kiri sementara tangan gw kembali meremas dengan lembut bagian payudara dia yang satunya sungguh betapa kenyal payudara dia. Lidah gw dengan leluasa menghisap puting dia yang sudah mengencang seperti seorang bayi dengan lahapnya gw isap sekali kali gw tambah dengan gigitan kecil dan tak hentinya dari mulut dia keluar desahan seperti orang yang kepedesan.

"Ohggg...ahkhhhh...".kepalanya menggeleng-geleng dengan mata yang terpejam. Sungguh suatau pemandangan yang indah, karena dalam keadaan mengerang dan merintih seperti itu seorang wanita akan terlihat begitu cantik. Serangan gw kini ber alaih kebagian payudara yang sebelah kiri, dengan gerakan yang sama gw kerjain lagi bongkahan daging yang lembut dan kenyal itu.
Dan suara yang keluar dari mulut mungilnya pun semakin tak tertata. Kadang dia mendesah...kadang dia melenguh... sementara tangan dia mencari pegangan karena menggapai kemana-mana hingga sprai yang tadinya tertata rapi kini berantakan.

Gw tahu bahwa dia sangat menikmati benar permainan yang gw lancarkan. Setelah puas mengerayangi dan menikmati sepasang payudara dia yang berukuran 36B, kini dengan terampilnya tangan gw beralih kebagian perut dan terus meluncur ke bagian bawah puser, dibagian itu tangan gw menemukan gundukan daging yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Dengan penuh perasaan dan dengan gerakan yang lembut gw coba bermain lebih konsentrassi lagi di situ. Gw selipkan tangan gw di balik CD dia dan jari jemari gw menemukan bagian yang hangat dan berlendir. Jari tengah gw kini yang berperan, dibagian yang basah itu jari tengah gw kembali memainkan daging ekstra yang menyembul keluar dari belahannya, gw pilin dengan lembut. dan setiap gw pilin maka pinggul dia pun megikuti arah pilinan itu, masih dengan lenguhan dan desahan yang panjang yang keluar dari mulut dia.

Sekarang gw penasaran ingin melihat seperti apa seh bentuk bagian yang paling indah dari wanita itu ??? Gw coba melepaskan tali cd dia dan dengan sedikit tarikat terlepaslah sudah kain yang menutupi gundukan mungil dengan bulu-bulu halus dia, Ah...alangkah indahnya bulu-bulu halus yang berwarna kecoklatan tersusun rapi sampai bagian tengahnya, dan dari bagian tengah ke bawah bulu-bulu itu tidak tumbuh lagi. sehingga daging ekstra yang mencuat dari belahannya begitu jelas terlihat kecil mungil tapi penuh arti.

Puas memandangi kini giliran gw menikmatinya, langsung gw sergap bagian ekstra daging yang berwarna coklat itu, gw coba mainka dengan lidah gw, maka desahan penuh kenikmatan pun kini terdengar lagi, makin lama makin kencang seiring gerakan pantat dia yang mengikuti gerakan lidah gw. Tercium aroma khas wanita namun ini lebih wangi rempah-rempah, lidah gw kini bermain di lubang kemaluan dia, gw gerakan dan coba untuk menembus belahan tersebut, namun agak susah karena ternyata lubang vagina dia masih tertutup rapat dengan belahan yang padat pula, hal serupa sangat mirip dengan kemaluan perawan. Makin penasaran gw dibuatnya dengan sapuan dan dorongan lidah gw yang coba gw julurkan lebih keras lagi akhirnya masuk juga lidah gw kebagian kemakuan dia yang dalam, nampak warna pink dan cairan berupa lendir yang keluar dan sudah berapa kali gw hisap. Gw coba mainkan lidah gw dengan gerakan keluar masuk, makin lama gerakan pantat dia semakin tak beraturan, tangannya kini mencengkram kepala gw seakan ingin menenggelamkannya kedalam selangkangannya.

Rintihannya semakin menjadi jadi dan sekarang seperti menjerit-jerit kecil, "Oh Dimmasssss...aku....mau keluarrrrrr......ohhhhhhhhh....". Dan bersamaan dengan itu pula tangan dia lebih erat lagi mencengkram kepala gw dan kini mulut gw seakan tenggelam masuk ke bagian lobang vaginanya. dan dengan lenguhan yang panjang maka muncratlah cairan putih yang kental memenuhi lidah dan bibir gw terasa gurih dan asin dan tanpa jijik cairan itupun gw telan. Sementara cengkraman dia pun melemah sehingga gw bisa kembali bernafas.

Belum juga reda nafas gw tiba-tiba dia langsung menubruk gw dan seperti kesetanan dia menelentangkan gw, dan langsung meraih cd gw. Tanpa malu diperosoti dan dilemparkan begitu saja. Maka kini si otong yang dari tadi terhimpit oleh cd kini dengan leluasa tegak berdiri dengan ujung kepala yang mengkilap. Seperti terpana dia menatap kearah si otong dan dia pun bergumam penuh takjub,"Hoo..ho...ternyata barang kamu panjang dan besar ya mas.... dan pasti banyak wanita yang bertekuk lutut di buatnya", selorohnya sambil menggenggam batang kemaluan gw yang berdiri keras mengacung. "Sebenarnya saya belum pernah melakukan hubungan intim bu", jawab gw jujur. Dan memang jujur sebenarnya gw belum pernah melakukan yang namanya bersetubuh, tapi kalau hanya dihisap hisap seh pernah dulu sama pacar gw di SMA.

"Masa iya seh Mas...Kamu belum pernah melakukannya??? Buktinya permainan kamu tadi sungguh dasyat sekali sampai-sampai saya keluar dua kali di buatnya." Selidiknya seakan ga percaya dengan apa yang gw ucapkan tadi.
"Bener Ko Bu..." Gw coba meyakinkan dengan mimik yang serius. "Ya udah kalo kamu belum pernah seh justru saya mengharapkan seperti itu, dan jangan kau panggil saya dengan sebutan ibu karena umur kamu dengan saya ga jauh beda ko cuma beda lima tahunan, jadi belum pantas kan kalau saya di panggil ibu. Biar lebih akrab kamu boleh panggil saya teteh atau apalah terserah asal jangan ibu," Ucapnya sambil terus memegang dan sambil mengelus-ngelus batang gw.

Di perlakukan seperti itu si otong semakin mantap berdiri tegak sambil mengacung ngacung. Dan gw pun menjawab,"Iya ...Bbbbbu....Eh...salah iya..ya...Teh, tadinya saya takut kurang ajar. Bukan jawaban yang dia berikan malah sekarang dengan lembutnya dia menciumi si otong, dari bagian kepala lidahnya menjulur menyapu batang tongkol gw hingga ke pangkalnya. Kemudian dia lakukan sebaliknya, sambil tak henti tangannya membelai jakar gw dielus-elusnya. Dan kini di coba masukan batangan gw ke dalam mulutnya, sepertinya tak cukup mulut dia untuk melukat bagian kepala gue yang seperti topi baja, karena terus terang gw termasuk cowo yang mempunyai peralatan super, rata-rata di atas ukuran normal orang Indonesia.

Disapukannya kembali lidah dia ke bagian topi baja gw, dan dengan ujung lidahnya dia mainkan kembali lobang kencing gw yang sudah mengeluarkan sedikit cairan. Gw menikmati sekali permainannya, yang semula tadi dia pasrah menerima cumbuan dari gw sekarang malah sebaliknya dia menyerang gw kembali. "Barang kamu barang super Mas, sampe-sampe mulut aku juga ga bisa muat utuk mengulumnya", celetuk dia sambil menatap keaarah gw yang sedang menikmati permainan lidah dia. Gw hanya bisa mendesah ketika lidah dia kembali menyapu bagian batang gw dan kemudian dia beralih memainkan biji gw sambil sekali kali dia kulum dan dia cium kembali sambil jari jemarinya yang lentik mengocok batang kemaluan gw. Seperti anak kecil yang sedang memakan es krim itu lah pemandangan yang gw saksikan saat itu, tapi menimbulkan sensasi yang luar biasa sehingga kepala batang gw pun berdenyut-denyut.

"Kamu dah mau ya Mas ?" tanyanya dengan tatapan sendu.
"Iya...." sahutku. "Sekarang kamu bangun" perintahnya. Setelah itu di kembali ber baring dan kini giliran gw beraksi untuk benar-benar melancarkan serangan terakhir gw. Dengan posisi ngangkang dia memegang dan mengarahkan batang kemaluan gw ke lobang kemaluan dia yang sudah basah oleh cairan dia sendiri. Cukup susah jg karena ketika gw coba tekan kemaluan gw malah tergelincir dan menyentuh pangkal pahanya. "Pelan-pelan mas...."sahutnya sambil kembali mengarahkan batang gw, kali ini gw berhasil menempatkan topi baja gw pas di lobang vagina dia, gw tekan sedikit cukup sempit namun karena cairan dia yang sudah keluar banyak ini menjadi pelicin untuk gw.

Gw coba tekan sedikit masuk kedalam sampai leher batang, di memejamkan mata dan menggigit bibirnya. gw coba tekan lagi di bantu tangan dia yang membantu mendorong pantat gw. Akhhhhhh....dia merintih...kesakitan. "Sakit ??? tanya gw lirih.
"Iya nih habis barang kamu besar bangett...pelan-pelan ya..." sahutnya ter bata-bata. Dengan penuh kesabaran gw coba menekan kembali sedikit demi sedikit batabg kemaluan gw hingga kini sudah masuk setengahnya, dia menjerit lirih tapi kali ini bukan sakit yang dia rasakan. Gw coba menarik pelan pelan kemudian gw tekan kembali, hingga akhirnya dengan sedikit hentakan akhirnya batang gw bisa amblas kedalam vagina dia. Terasa hangat dan sempitnya seperti batang gw terjepit. Berheti sebentar kemudian gw mencoba memaju mundurkan kembali gerakan pinggul gw.

Masih terasa sempit lobang vagina dia, hingga ketika gw tarik batang gw maka bibir kemaluannya terbawa juga seperti mulut yang dimonyongkan. Demikian juga sebaliknya. Sementara gerakan pantat dia pun seirama dengan gerakan gw. Hampir sekitar lima menit gw coba gerakan mundur maju batang gw, dan gerakan diapun semakin liar saja bibirnya tak henti-hentinya meracau, makin lama gerakan gw pun makin cepat memompa dia dengan gerakan yang lebih leluasa lagi karena vagina dia yang semakin basah saja.

Dengan satu tumpuan tangan gw yang satu coba meremas payudara dia yang mengkel, sementara gerakan maju mundur seperti orang yang sedang menggergajipun masih tetap gw lakukan, hingga sampai pada klimaksnya tubuh dia mengejang, kaki dia menjepit pinggul gw dan tangan dia coba memeluk gw dengan eratnya sambil terus mengoyangkan pantatnya sementara gw coba menekannya lebih dalam. Terasa banget batang gw seperti terpelintir dan terkunci, hingga pada beberapa hitungan saja dia menjerit sejadi jadinya sambil terus memeluk, Ahhhh.....Dimasssssss ayoooo sayangggg..... akuuu mau keluarrrrr....ahhhhhhhhkkkkhhhh....." dan akhirnya terasa ada cairan hangat yang keluar dari vagina dia membasahi kepala batang gw sementara batang gw yang menancap seperti terhisap hisap dan hal yang samapun terjadi seperti ada dorongan yang keluar dari tubuh gw dengan gerakan menekan pantat dia akhirnya, Ohhhhhhhh sayanggggg aku juga....mauuuuuuu......." Crt...Crot...Crot..... cairan kenikmatanpun keluar muncrat didalam kemaluan dia, cukup banyak sampai-sampai kemaluan dia pun tak mampu menampungnya.

Pelukakan yang tadi terasa mengunci akhirnya terlepas dan dengan tubuh yang telanjang kamipun terkapar dengan senyum penuh kepuasan. Hingga terdengar suara lonceng dari jam kuno 10 kali berarti sudah tiga jam melakukan hubungan yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh hukum apapun.
CHAPTER 4

Sambil telentang mata gw menerawang kelangit-langit kamar, membayangkan peristiwa yang baru saja terjadi, seolah tak percaya karena begitu cepat semuanya terjadi. Padahal gw baru saja mengenal wanita ini yang nota bene adalah ibu kost gw sendiri meski sebelumnya gw cuma mengenal nama dia doang tapi pagi ini sungguh diluar dugaan, bukan hanya sekedar mengenal tapi sekaligus gw dapat menikmati keindahaan tubuhnya.

"Kenapa kamu melamun Dimas ?" Tiba-tiba suara merdu itu mengejutkan gw." Ngga melamun koq teh, saya cuma heran saja, kenapa semua ini terjadi begitu cepat ?" Gw balikan tubuh gw menghadap ke dia.
"Ah jangan terlalu dipikirkan, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Bukankah kamu juga menginginkan hal ini?" Tanyanya lagi.
"I..i..iya..." gw terbata-bata.
"Apakah kamu menyesal Mas?" selidiknya.
"Menyesal seh....?" Jawab gw sepontan. "Menyesal ??? Menyesal kenapa??? "Potongnya.
"Menyesal kenapa ga dari tadi shubuh aja kita lakukan hal ini....!!!" jawab gw sambil mencubit paha mulusnya.
"Ihhh...dasar anak nakal....Teteh juga tau tadi pagi sewaktu teteh mandi kamu sempat ngintip kan?" selidiknya.
"Ngga sengaja.....tapi sayang juga untuk dilewatkan...mubajir.."Seloroh gw sambil gw coba tuk mengecup keningnya.
"Tuh kan...untung aja Bi imas ga ada dirumah, coba kalo ada ?" Katanya lagi.
"Mang bi Imas kemana teh?" tanya gw kembali.
"Semalam dia pamit pulang ke Garut, orang tuanya sakit katanya baru seminggu balik lagi kesini." Jawabnya.
"Wah...kebetulan dong". Celetuk gw sambil beranjak tuk ngambil celana jeans gw. kaki kanan gw yang memar sudah tidak berasa lagi sakitnya. Gw nyalakan sebatang rokok sampurna Mild yang gw ambil dari saku celana gw.
"Mas...boleh teteh minta rokoknya?". Gw sodorkan sebatang dan dia langsung menghisapnya. Akhirnya sambil merokok dan minum kopi di kamar dia, kami terlibat obrolan panjang lebar dari mulai masalah keluarga sampai kemasalah pribadi.

Dari obrolan tersebut gw jadi tau ternyata teh Itje adalah salah seorang istri muda dari seorang pengusaha kaya di Jakarta, dan ternyata perbedaan usia antara teh Itje dengan suaminya berbeda sekitar 32 tahunan, teh Itje sendiri saat ini baru berumur 24 tahun. Perbedaan usia yang sangat mencolok. Namun karena dia dijodohkan orangtuanya maka dia mau saja dinikahi oleh lelaki yangsebenarnya lebih pantas menjadi bapaknya. Baru setahun mereka menikah dan belum dikaruniai keturunan. Namun semenjak menikah teh Itje belum pernah meraskan kepuasan bathin meski untuk kebutuhan lahir serba kecukupan. karena kesibukan suaminya mengurus perusahaannya maka teh itje jarang sekali ketemu dengan suaminya tersebut. Kadang sebulan sekali bahkan sampai tiga bulan lamanya Teh Itje ketemu suaminya, itu juga kalau pas suaminya ada urusan ke Bandung itu juga hanya beberapa jam saja.

"Yah udah jadi nasib teteh kali mas...teteh harus menjalani hidup begini, kadang teteh juga suka iri dengan temen-temen teteh, meski hidupnya serba kekurangan tapi mereka bisa hidup bahagia dengan rumahtangganya". Helanya dengan nada yang getir.
Melihat demikian gw jadi ga tega, gw peluk dia dari belakang. "sudahlah teh jangan sedih begini dong...kalau teteh butuh teman, saya siap melayani teteh kapan pun". Bisik gw sambil gw kecup kembali daun telinga dia kemudian merambah keleher dia yang jenjang.

Tangan gw kembali beraksi, gw remas payudara dia dari belakang.
Teh Itje membiarkan saja gw meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan gw meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan.

Teh Itje merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Oukh, telapak tangan gw terasa hangat dan seakan-akan mengandung magnit. Membuat dia jadi terangsang kemabali. Tangan gw masih juga meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli-geli dan nikmat. "Oukh, Massssss! Hmmnrhhh . . . sssh, akh!" ujar Teh Itje sambil membusungkan dada yang sedang diremas gw, agar dia lebih dapat meresapkan rasa geli-geli nikmat itu.

Gw memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulut gw. Hidung gw menciumi permukaan payudara yang padat dan montok itu. Bentuknya sangat indah. Membuat gemas. Gw ciumi sepasang payudara itu secara bervariasi. Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh dia semakin deras saja!

"Dimasss !! Kamu pintar juga bercinta ya! Jangan-jangan banyak juga yang jadi korbanmu" tanya Teh Itje ditengah-tengah napasnya yang terengah.

"Tidak sering, Teh. Baru kali ini saja." ujar gw sambil membuka mulut dan memasukkan puting buah dada yang merah kecoklatan itu.

"Auww . . . !!" Dia menjerit lirih. Dan perempuan itu menggelinjang-gelinjang, bilamana puting buah dadanya gw kulum. Dan untuk kesekian kali, Teh Itje harus mengakui, bahwa kuluman bibir gw sangat berbeda dengan kuluman bibir lelaki-lelaki lainnya. "Hsssh, akh! Terus, Masssss! Terussss, sayangghhh . . . !! Hmmmhhh . . . !!" dua telapak tangan dia mengerumasi rambut gw sambil menekankannya.

Gw semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dikulum.... Dilepaskan.... Dikulum. Dilepaskan lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepaskan lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan-bosannya. Dan puting itu semakin tegang lagi. Gw melakukannya bervariasi. Sebentar lembut dan sebentar keras. Dan rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa. "Oukh, Dimassss! Teruskan, sayanghhh . . . !! Sssh ennnak, Masssss!!!" mulut dia mendecap-decap seperti orang kepedasan. Tersendat-sendat. Dan buah dada dia semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih bilamana gw menggeser-geserkan di antara gigi gw. Nikmat! Dan napas dia pun turun naik. "Dimassss!! Keras, dikit! Ya, ya. gitu. Aukh, Dimasss! Kok enakkkh, sihhhh !" dan diapun merintih-rintih.

Gw semakin bersemangat saja. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilati dengan bernafsu. Sebentar gw tinggalkan, puting itu. Lalu gw coba mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu kembali ke pentil susu .yang siap menanti. Gw hisapnya lagi. Trus gw gigit. Dikulum-kulum Lalu gw lepaskan lagi. Sementara tangan dia tak menentu mengerumasi rambut gw yang tebal, sehingga rambut gw itu menjadi acak-acakan.

Lama juga gw mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Gw tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Teh Itje berbulu lebat. Sesuai dengan selera gw. Gw memang paling senang dengan perempuan yang cantik yang ketiaknya berbulu lebat.

Ciuman gw beralih ke ketiak perempuan itu, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiaknya, menurun lagi sampai ke pinggangnya. Demikian berulang-ulang. Gw juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilatjilat sambil menggigiti keras dan lembut. "Uukh, Masss! Kamu sungguh pintar membahagiakan perempuan . . . !!!" bisik Teh Itje terputus-putus.

Permainan lidah gw terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh dia yang sensitip. Dijilatinya tubuh dia yang licin dan langsing. Pusarnya menjadi sasaran ciuman gw berulang-ulang. Sambil berbuat demikian, tangan gw membelai-belai kedua paha dia yang masih terkatup.

Teh Itje sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika dia menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha gw. Benda itu sejak tadi menggodanya. Dia menurunkan tangannya. Digenggamnya batang zakar gw yang aduhai. Gw yang sedang sibuk menciumi sedikit di bagian bawah pusarnya sempat tertahan. "Oukh. Teh . . . !" kata gw. Gw merasakan kwkaguman dia pada benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Rupanya dia sangat Senang sekali menggenggam seperti itu.

"Sabar ya Teh!" bisik gw. "Nanti Teteh boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuh teteh. Seluruh tubuh teteh! Kurang leluasa kalau teteh menggengam punyaku begini!"

Apa boleh buat. Meskipun kelihatanya dia masih ingin menggenggam batang zakar gw yang luar biasa itu, terpaksa dilepaskan. Maka kini dengan leluasa gwmelakukan aktifitas.

Dan hmmm.... gw menahan napas bilamana pandangan gw tertuju ke selangkangan dia. Bagian itu gompyok ditutupi rambut yang tebal keriting. Hmmh! Rambut kemaluan dia bukan main lebat dan ikal. Menghitam! Kata orang, semakin tebal rambut kemaluan perempuan akan semakin enak kalau digituin. Dan sekarang, secara jujur, gw harus mengakui, bahwa baru kali ini gw mendapatkan perempuan yang rambut kemaluannya setebal dan selebat dia. Gw menelan ludah. Jika menuruti nafsu, tentu saja seketika itu juga gw akan membenamkan batang kemaluan gw yang sudah kian tegang, ke belahan daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu. Tetapi gw ingin lebih lama lagi memanjakan dia yang belum pernah terpuaskan oleh suaminya yang tua bangka itu.

Jari jemari gw coba untuk menggerai-geraikan rambut kemaluan yang tebal, panjang dan keriting itu. Gw ditekan-teka. Lalu gw ciumi. Kadang-kadang gw coba menariknya. Diapun merasakan kemesraan amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Dan Jari-jari tangan gw pun bermain-main di pebukitan itu. Hmmh, mesranya! Selangit!

"Dimmmassss !!" teh Itje merintih.

Gw coba menguakkan bibir-bibir kemaluan dia. Hmm, tampak bagian dalamnya yang kemerahan. Sangat indah menawan. Gw telan ludah gw sendiri. Beginilah kiranya kemaluan perempuan. Dengan mesranya, gw meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin. Pada bagian atas, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil. Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan. Gw pun memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah mengesankan itu. Teh Itje memijit hidung gw agak kuat. "Oukh, Mass! Mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan!"

Gw tersenyum. Gw jadi tau bahwa dia sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal gw masih ingin lebih lama memandangi. Dengan mesra, jari-jari gw menyentuhnya. Dia tergelinjang. "Wow! Hmmh, Massssss!! Ss sh, akh!" Dia menggeliat. sementara Jari gw terus juga bermain. Mengutik-utik kelentit yang nyempil aduhai.

Tangan gw gw tempatkan di antara kedua paha dia yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada zakar. Lagi-lagi tangan gw menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi dia bergelinjang. Nikmatnya bukan main."Oukh, geli, Masss! Geliiiii! Sssh, akhh . . . !!" Dia pun merintih-rintih.

Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir-bibir kemaluan yang ditumbuhi rambut itu, gw coba kuakkan lebih lebar lagi. Kedua kaki Aningsih kini telah mengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang selebar-lebarnya. Terbebas sama sekali. Sedetik kemudian, dia terpekik: "Awww . . . !" Tubuhnya tersentak ke atas. Ketika hidung gw coba gw benamkan ke dalam belahan daging yang aduhai itu. "Dimmmasss . . . !! Uf ! Ssssh ennnakhhh, Bennn!!" Dia merintih-rintih sambil menekankan belakang kepala gw dengan kedua tangnnya. Maka hidung gw mulal menggusur ke sana-ke mari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina miliknya. Kaki diapun menendang-nendang ke atas, merasakan kenikmatan tidak bertara. Dengan giatnya gw terus menciumi Vagina dia yang menyebarkan aroma yang segar merangsang!

"Oukh, Massss! Enak . . . enak . . . enak, sayangghhhh! Teruskan, mass! Ayo, lebih cepat .dikit. Hmmmh....! Terus, sayang. Terus, terus, akhhhh !!"
Mata dia merem melek. Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Lehernya menggeleyong-geleyong. "Mass! Kamu senang menciumi punyakuuuu . . . ?!! Shhh . . . !!!" tersendat-sendat suara teh Itje.
"iya teh.... aku suka sekali dengan vagina teteh" Ujar gw tersendat. Dan lidah gw pun terus menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu kelentitnya. Benar saja! Kelentit itu semakin tegak, menandakan dia telah terbakar oleh nafsu birahi. Kedua kaki dia pun terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Oukh, sungguh, permainan yang mengasyikkan.

"Dimmmasss!!! Hhhssshh. Hmmm . . . hmmmhhh!" suara dia menggeletar. Badannya nienggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar, bilamana ujung lidah gw mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang vaginanya yang terasa liat. Sentuhan-sentuhan lembut vagina yang berdenyut-denyut itu kian membakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba dia mengejang. "Massss . . . !! Sssh ! Akkkhhhuuu tak kuaattsss, sayaugghh . . . !!" Dia merentak-rentak.

"Ayoh, Teh! Keluarkan! Aku sudah siap menerima!" ujar gw yang masih terus juga dengan bersemangat menusuknusuk vaginanya dengan ujung lidah gw.

"Iyyaa, Masss! Akhhhu shhi . . . aukhh! Masss! Ennnakkhhhh, Dia semakin meronta-ronta bagaikan kesetanan. Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, Dia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekankan belakang kepala gw sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajah gw terbenam sedalam-dalam ke bagian dalam kemaluannya. Bertepatan dengan itu pula, menyemprotlah cairan hangat dan licin. Kental. Menyiram di lidah gw yang terus menusuk-nusuk lobang vaginanya.

Gw memang sudah siap menerima, bagaikan kesetanan, menghirup habis cairan yang banyak sekali itu. Terus dijilat dan disapu bersih, masuk ke kerongkongan. Sudah tentu dia semakin berkelojotan, dikarenakan rasa nikmat yang luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir. Tubuh perempuan itu melemas. Sedangkan gw sendiri, merasakan pula nikmat luar biasa ketika mereguk cairan licin itu. Cairan kenikmatan Teh Itje gurih sekali, lebih gurih dari pada segala yang paling gurih di dunia ini !

Gw masih tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan teh Itje yang melekati pinggiran bibirnya. Tiba-tiba dia melompat dan memeluk gw kuat-kuat. "Oukh, Dimas! Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat teteh bahagia, kebahagiaan yang baru pertama teteh dapatkan seumur hidup teteh!" Sembari dia menciumi bibir gw bertubu-tubi.

"Terus terang selama teteh menikah dengan suami teteh, teth baru pertama kali ini mengalami yang namanya kepuasan seks. Jujur saja suami teteh sebenernya sudah tidak bangun lagi, sehingga teteh mencari kepuasan dengan dildo yang dibelikannya. Katanya biar teteh tidak selingkuh". Ujarnya kembali.

Tiba-tiba dia mendorong gw hingga tergelimpang di atas kasur. "Kamu sudah mengerjai punyaku! Sekarang, ganti aku yang mengerjai punyamu!" ujarnya yang segera menyergap selangkangan gw.

"Auwww . . . !" gw menjerit kaget.

Namun dia tidak menghiraukan. Dengan mesranya dia membelai-belai batang kemaluan gw yang bukan main luar biasa besar dan panjangnya. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak. "Oukh, punyamu hebat sekali, Mas! besar dan panjang. Hmmhh . . . !!!" Dia pun terus juga membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang dipenuhi rambut lebat sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi baja.

"Kamu suka pada punyaku, Teh?!" tanya gw sambil membiarkan dia mengeser-geserkan zakar gw yang hebat itu ke pipi dan matanya.

"Suka sekali, Mass! Tetapi ugh! Punyamu besar banget. Bengkak! Aku jadi negeri!"

"Ngeri kenapa?!"

"Ngeri kalau-kalau vaginaku sobek dan rusak!"

Gw cuma tertawa kecil. Tak lama kemudian gw merasakan geli dan nikmat bukan main ketika dia menciumi zakar gw yang semakin membengkak. Rasa geli yang nikmat semakin merajalela dan Tubuh gw semakin kejang. Mata gw membeliak-beliak. "Hmmh, teh...! Sssh . . . !" mulut gw mulai merintih-rintih.

Sambil menciumi, dia memijit-mijit batang bazoka yang keras bagaikan tonggak itu. Dan Menjadikan dia gemes. Ujung lidah menciumi benda aduhai itu. Benda yang dapat memberikan kenikniatan luar biasa kepada wanita. Alat vital gw yang digenggamnya itu semakin membengkak dan semakin memanjang lagi. Diapun semakin gemas bukan main, semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kaki gw yang tertekuk. Kedua paha gw terlentang selebar-lebarnya, sehingga tangan kanan dia menggenggam alat vital yang kencang itu, tangan kirinya memhelal-belai rambut kemaluan gw yang tebal dan ikal, tumbuh sanipai ke pusar. Merinding bulu-bulu roma gw bilamana dia menciumi seluruh batang dan kepala kemaluan yang luar biasa itu. Bukan main. jari jari dia hampir tidak muat menggenggam alat vital yang luar biasa itu. Memang inilah yang sangat disukainya. Diapun yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluan gw. Lalu dingangakannya mulutnya dan dimasukkannya bazoka luar biasa itu. Keruan saja gw nienggelinjang kaget namun nikmat. "Ouw, Teh! Hmmh . . . enak sekali, Teh!" Gw merintih. Kedua kaki gw terangkat naik dan menyepak-neyepak ke atas.

Mendengar rintihan gw, dia jadi semakin bersemangat. Kepala bazoka yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tingkah dia tidak ubahnya, bagaikan seseorang yang mendapat makanan lezat. Nikmat sekali. Sampai matanya terpejam-pejani. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan. kenyal. Demikian pula halnya dengan gw. Kunyahan-kunyahan mulut dia, gw rasakan sangat nikmat dan merangsang nafsu gw. Gw kembali merintih-rintih. Kedua kaki gw semakin menyepak. Mata gw mebeliak-beliak, sehingga hanya putihnya saja yang tampak. Dia pun kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigit, tetapi seluruh batang kemaluan yang perkasa itu. Semntara itu, kedua telapak tangannya tidak tinggal diam. Sementara mulutnya mengulum, tangannya menarik-narik rambut kemaluan gw yang luar biasa lebarnya. Dan tangan yang satu lagi mempermainkan sepasang biji gw.

"Enak, Mass . . . ?!" tanya dia ditengah-tengah kesibukannya.

"Enak sekali Teeehhhh. Ennaaakkkh !!!" Gw berusaha menyahuti tersendat-sendat.

Dia masih terus juga melalap senjata yang luar biasa itu. Demikianlah secara beraturan, kepala dan batang zakar gw keluar masuk mulutnya. Pada waktu masuk, mulut dia sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuh gw kian gemetar. Tanpa sadar jemari gw mencengkeram rambut dia kuat-kuat. Sementara rintihan . . . rintihan gw semakin menghebat, sementara dia kian gencar menyerbu menggebu-gebu. Akhirnya, Gw pun menjerit histeris. Pantat gw, gw angkat tinggi-tuiggi, sedangkan kedua telapak tangan gw menekan belakang kepalanya kuat-kuat. Dan batang serta kepala kemaluan gw pun membenam sedalam-dalamnya, merojok sampai ke tenggorokannya. Dengan bersemangat sekali, tangan dia pun mengocok pangkal kemaluan gw dengan cepat dan mesra. Dan tanpa ampun lagi : "Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss . . . !!!" menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluan yang berdenyut-denyut dengan dahsyatnya. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuh gw menggigil. Dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluan gw. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal cairan kenikmatan gw, tertumpah semuanya ke dalam mulut dan tenggorokannya. Mata dia sampai terpejam-pejam, menelan seluruhnya sampai tetes terakhir. "Oukh, Tehhhhh. Kau sungguh hebat!" bisik gw.

Dia hanya tertawa sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. "Bagaimana, Mass?! Enak?!" tanyanya.
"Luarrrrr Biasa teh, kamu sungguh hebat". Ucap gw
"Gimana Masss . . . !" mata dia berkejap-kejap. Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu." Dan diapun melirik ke selangkangan gw yang masih tegang mengacung.

"Kita istirahat dulu sebentar ya, sayang!" bisik gw sambil membelai rambut dia yang hitam.
Selang beberapa lama setelah ngobrol panjang lebar akhirnya kami mandi bareng di kamar mandi yang berada di kamar dia. Dan tentunnya sambil membersihkan badan kamipun mengulangi kembali permainan tadi seakan tiada bosannya layaknya sepasang pengantin baru.

Selesai mandi dia pun berpamitan katanya tadi suaminya nelpon nyuruh dia ikut ke kota Tasik karena ada urusan bisnis disana. “Dimas...teteh pergi dulu ya, kamu baik-baik aja dirumah selama teteh pergi dan jangan macam-macam, teteh paling tiga hari disana nemenin bapak ngecek anak perusahaannya yang baru. Kalau ada keperluan kunci aja rumah dan di kulkas masih banyak persediaan makanan jadi kamu ga usah repot beli keluar tinggal masak aja.” Ujar dia sambil merapikan pakaiannya. Nampak cantik sekali seperti gadis ABG. “Iya the....”. Jawab gw seperti anak kecil yang mau ditinggal pergi oleh ibunya.

Akhirnya dia pergi dengan mobilnya meninggalkan gw yang bengong sendirian dirumah. Gw liat jam baru jam satu siang, mau pergi keluar males lagian temen-temen gw kan masih kuliah. Akhirnya gw masuk kekamar sambil tiduran merasakan rasa letih karena tadi habis bertempur habis-habisan.

Dengan mata yang masih terasa perih gw coba bangkit karena samar-samar terdengar ada orang yang mengetuk-ngetuk pintu pagar. Makin lama makin jelas terdengar suara perempuan, bergegas gw turun dengan terlebih dahulu menyisir rambut gw yang acak-acakan membuka pintu garasi dan berjalan menuju ke pintu pagar. Nampak seorang perempuan paruh baya sekitar umur 35an, berdiri didepan pintu pagar.

“Apa betul ini rumahnya ibu Itje ?”, langsung saja perempuan itu bertanya.
“Iya betul bu, dan ibu siapa?” Tanya gw kembali.
“Saya tantenya dari Bogor, Itjenya ada?” Tanyanya kembali.
“Ngga ada bu, baru saja tadi siang dia pergi ke Tasik nyusul Bapak” Jawab gw sambil membukakan pintu pagar.
“Wah... perwis dong... Dan ade ini siapa?” Tanyanya lagi.
“Saya Dimas bu yang kost disini” Jawab gw secara langsung mengenalkan diri.
“Perginya sama bi Imas apa sendiri, ko rumahnya nampak kosong begini.” Ucap di sambil berlaju menuju ke garasi yang tembus keruang tengah. Tanpa gw suruh masuk dia langsung nyelonong dan duduk di kursi ruangan tengah sambil mengipas-ngipas tubuhnya yang nampak kegerahan.

Sepintas gw melihat cara duduk dia yang sembarangan, dengan kaki yang di topangkan kekaki yang satunya, maka paha putih dia terlihat jelas karena dia menggunakan rok mini, sementara kancing baju bagian atas dia buka karena kegerahan sehingga belahan payudaranya terlihat menyembul. Meski usianya sudah paruh baya namun dia tak kalah cantik dan menariknya dengan the Itje ya mungkin karena dah keturunan kali.

“Dimas... kamu bisa masukin mobil saya ngga, soalnya kalau diparkir diluar takut menghalangi mobil lain yang lewat.” Buyar sudah lamunan gw. “Bisa bu..kuncinya mana?” jawab gw gugup.

Tak lama kemudian gw masuk lagi setelah memasukan mobil ke garasi. Diruangan tengah gw tidak melihat dia tapi di kamar mandi dekat dapur gw mendengar gemercik air seperti orang sedang mandi, mungkin dia kegerahan sehingga langsung mandi pikir gw. Tak banyak pikir gw langsung ke dapur untuk bikin kopi karena mulut gw terasa pahit habis tidur tadi ga sempet ngopi.

Gw bikin secangkir kopi dan langsung menengguknya sedikit demi sedikit, gw nyalain sebatang rokok dan duduk kembali diruang tengah. Tante itu masih dikamar mandi, dan tak lama berselang diapun keluar. Kaget gw dibuatnya karena dengan hanya mengenakan handuk yang hanya menutupi bagian dadanya yang tersenbul sementara ujung handuk bagian bawah hanya menutupi beberapa senti dari pangkal pahanya. Jelas terlihat pemandangan yang menggairahkan yang mampu membangkitkan kembali libido gw, apalagi rambut dia yang tergurai basah.

“Dimas boleh minta tolong ambilkan body lotion tante di mobil ada di tas sekalian tasnya kamu bawa kesini.”Perintahnya sekaligus membuyarkan kembali pikiran gw. “Iya tante...” Bergegas gw ke mobil dan mengambil tas dia. “Ni tan..tasnya...”Kata gw sambil menyodorkan tas kearah dia. Diapun meraihnya kemudian mengeluarkan body lotion yang ada di tasnya, kemudian tanpa sungkan dia pun membaluri badannya dengan body lotion. Mula-mula dari bagian betis merambah lagi ke bagian pahanya dengan posisi kaki dia angkat bertumpu di senderan sofa. Dengan posisi dia seperti itu maka dengan jelas gw bisa melihat keindahan betis dan paha dia yang mulus tanpa cela. Hal serupa pun dia lakukan dengan bagian kaki yang satunya. Kemudian dia beralih ke tangan dia sambil sedikit diangkat maka dada dia yang besar dia biarkan membusung seperti mau tumpah saja.

Baru melihat begitu saja dede gw dah berasa tegang, apalai gw lupa ga pake cd hanya celana basket gw aja, sehingga kalau gw berdiri pasti dede gw yang sudah tegang akan kelihatan seperti tangan menunjuk sehingga gw ga berani untuk berdiri takut di melihat.

Sambil pura-pura tidak memperhatikan gw robah posisi duduk gw, namun tiba-tiba dia menyuruh gw untuk membantu mengoleskan body lotionnya ke bagian punggung dia. “Dimas ktolongin tante dong, olesin ini ke punggung tante, tangan tante ga nyampe,”perintahnya.

Dengan terbungkuk bungkuk gw coba menghampiri dia, gw takut dede gw yang masih tegang terlihat olehnya. Tanpa bantahan sedikitpun gw coba mengolesi punggung dia dengan body lotion. Agak kaku karena gw belum pernah melakukannya apalagii sama dia orang yang baru gw kenal. “Jangan Ragu-ragu gitu dong mas, ntar malah tumpah tuh body lotionnya, diusap usap aja”Ujarnya kembali mengajari gw.

Posisi dia yang membelakangi gw jelas terlihat kulit punggung dia yang putih mulus, gw coba mengusapkan lotion tsb, dari bagian pundak terus ke bawah namun terhalang handuk, dan dia pun seakan tahu, dia lepaskan ikatan handuk yang membungkus dadanya dia kendurkan maka punggung yang putih mulusnya pun terpampang sudah di depan mata gw.

Napas gw memburu sehingga menyentuh kulit punggung dia, dan yang lebih parah lagi dede gw semakin tegak mengacung. Ada sedikit keberanian dalam diri gw, sambil mengusap-usap punggung dia dengan lotion dengan gerakan seperti memijit maka dede gw yang menonjol kedepan gw coba sentuhkan sedikit demi sedikit ke pinggang dia karena posisinya sejajar dengan pinggangnya. Ada sensasi tersendiri, apalagi tak ada reaksi dari dia, malah dia merubah posisi duduk dia dengan sedikit mengangkat pinggang dia, maka tal pelak ujung dede gw menyentuh bongkahan pantat dia yang besar dan agak sedikit menungging. Makin lama makin gencar gw gesek-gesekan ujung dede gw ke bongkahan pantat dia sementara tangan gw terus mengusapkan lotion kepunggungnya. Makin tak beraturan saja sekarang gerakan tangan gw bukannya mengoleskan lotion tapi seperti mengelus-ngelus dengan gerakan yang halus, diluar sadara gw, tangan gw menelus-ngelus kebagian leher kemudian kepundak dia turun ke pinggul dia sampai ke bongkahan pantat dia tapi di bagian ini tangan gw bukan cuma mengelus tapi sedikit meremas. Tak ada reaksi apapun dari dia. Maka dengan sedikit keberanian gw turunkan celana gw maka dede gw yang sudah tegang keluar dengan bebas tegak mengacung seperti tugu monas.

Seperti gerakan yang tadi tangan gw terus mengelus punggung dia dari bawah keatas dan sebaliknya, sementara dede gw yang sudah terbebas kini coba gw gesek-gesekan menyentuh nyentuh belahan pantat dia yang masih terhalang handuk. Gw tekan tekan sedikit, sambil tangan gw menyentuh leher dia, terdengar desahan lirih keluar dari mulut dia seperti orang kepedesan apalagi ketika dede gw gw coba gesek-gesekan ke belahan pantat dia. Semakin lama dan makin sering gw lakukan gerakan seperti itu maka makin sering pula gw dengar lenguhan dan desahan yang keluar dari mulut dia. Hingga akhirnya......

Tiba-tiba dia berdiri dan berbalik kearah gw, dan yang lebih mengagetkan lagi dia lepas ikatan handuk yang membungkus tubuhnya. Maka terpampang jelas payudara dia yang besar bergelantungan seperti buah pepaya meski agak kendur tapi jelas bergelayut dengan putingnya yang mengacung. Sementra tepat di depan muka gw, segumpal bukit yang rimbun terpampang jelas. Belum lepas kaget gw tiba-tiba dia menarik tangan gw sehingga gw berdiri dan dia langsung memeluk gw dengan erat.

“Nikmatilah tubuh tante Dimas....Jangan kecewakan Tante!!" ujar Tante Aish merengek-rengek, seraya menggosok-gosokkan buah dadanya yang sekal padat ke dada gw yang bidang dan berbulu lebat. Sementara itu, tangan Tante Asih meluncur ke bawah dan meremas-remas milik gw yang besarnya lebih besar dari pada pisang ambon. Dalam waktu tidak lama senjata gw pun sudah benar-benar tegang. Tegak bagaikan tonggak. Besar dan panjangnya minta ampun. Tante Asih yang sudah tidak bisa lagi menahan keinginannya, dia mendorong gw sehingga gw terbaring disofa, lantas dia melompat ke atas tubuh gw, Kedua pahanya mengangkang di atas selangkangan gw. Digenggamnya senjata yang aduhai itu. Dengan mesranya dibimhingnya menuju lobnag vaginanya yang sudah menganga, siap menanti datangnya sang perkasa. Diletakkannya tepat di mulut gua. Kemudian Tante Asih menekan pantatnya. Dan: "Ohg . . . !!" kepala kemaluan itu melesak masuk. Blesss! Tante asih nyengir-nyengir kuda, menahan rasa sakit dan linu. "Hnmmhh . . . ehg!" Gw pun nyengir, menahan nikmatnya kepala kemaluannya digigit dan dipijit-pijit oleh mulut vagina Tante Asih yang berkerinyut-kerinyut kencang.

"Oukh, Dimmmmm! Hmmhh . . . ssshhh . . . !!" Tante Asih bergemetar tubuhnya. Tetapi cuma sesaat. Tante Asih yang sudah terbiasa menikmati kepunyaan laki-laki segera hilang rasa sakitnya. Dan Tante Asih menekan lagi. Blassssh! ! !" Oukhhhh, Bennnnnn! Hmhhh . . . enak sekali , sayang hhhhh. Ssssh . . . !!" Mata Tante Asih membeliak-beliak. Batang zakar gw telah amblas seluruhnya ke pangkal-pangkalnya. Tanta Asih merasakan kenikmatan bukan alang kepalang. Demikian pula halnya gw. Dinding-dinding vagina Tante Asih bagaikan hidup, menekan-nekan batang kemaluan gw.

Nikmaaaaat! Tante Asih menarik lagi pantatnya ke atas. Dan . . . uf! Seluruh isi bagian dalam lorong vagina Tante Asih bagaikan terbongkar bersamaan dengan menggelosornya zakar gw. Demikian pula dengan gw. Lorong vagina Tanta Asih bagaikan menyedot-nyedot. Gw mendesah-desah. Tante Asih bagaikan kesetanan, menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu. Gw coba mengangkat panta gw, mengimbangi gerakan-gerakan Tante Asih. Ternyata dengan posisi ini, cukup mendatangkan kenikmatan juga. Tante Asih di atas dan gw di bawah. Sambil terus juga dengan bersemangat menaik turunkan pantatnya. Dan Tante Asih pun menciumi bibir gw bertubi-tubi. Dan gw pun membalasnya tak kalah semangat.

Lidah gw masuk dan mengait-ngait lidah serta gigi-gigi Tante Asih yang bersih, putih dan bagus bentuknya. Sementara itu, tangan gw pun tidak tinggal diam, meremas-remas payudara Tanta Asih yang kenyal, padat dan besar. Tentu saja dengan remasan-remasan mesra!

Tante Asih semakin lama semakin kesetanan. Gw pun demikian pu1a. Kami merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak darl dalam diri. Semakln lama desakan-desakan itu semakin kuat sehingga membuat napas kami tersendat-sendat. Ibarat orang yang sedang mendaki bukit untuk mencapai puncak. "Ehh....Dimmmmmasssss . . . !!!"

"Hmnmh! Sssh . . . oukh, Tante! Cepat dikit, sayang! Ayoh, Tante!"

"Dimmmassssshhhh! Sash . . . eng! Ennaaaaaakhh, say . . . !!"

"Sssst! Hmmmh . . . !!"

"Dimmmasssss! Akh! Akhhuu mau keluarrrr . . . say!"

"Sayyyaaa jugghaaa, Tan . . . ! Oukh! Ayoh, Tante! Putar terus! Semangat, Tante! Semangat! Oukh . . . !!"

"Dimmmmmasssss !!!" Tante Asih semakin kesetanan. Tangannya mengerumasi dada gw, sampai gw kesakitan. Namun bercampur enak. Demikian pula dengan tangan gw. Membantu pantat dan pinggul Tante Asih. Disaat menurunkan pantatnya, gw bantu dengan menekankan pantat Tante Asih kuat-kuat ke bawah. Blasssh!! Maka tanpa ampun, amblaslah seluruh zakar gw ke dalam kemaluan Tante Asih. Masuk ke pangkal-pangkalnya!

"Dimmmmassss!!" Tante Asih meronta-ronta di atas tubuh gw." Ennnaaakhh, Dimmmass! Akkhhuuu tak kuatttsss laggghhhi, say!! Akhhu kelluuuuarrr! Ssssh . . . akkkhhhh . . . !!" bersamaan dengan jeritan Tante asih, tubuh perempuan itu berkelojotan ke sana-ke mari. Kedua kakinya menyepak-nyepak. Tante Asih mencapai puncak kenikmatan sempurna. Benteng pertahanannya bobol! Bertubi-tubi bagian dalam lobang vaginanya menyemprotkan cairan kental, hangat dan licin.

Secara hampir bersamaan pula gw pun mengeram keras. Bagaikan harimau lapar, gw peluk Tante Asih kuat-kuat. Dan kemudian dengan sigap, Gw membalikkan tubuh, sehingga tubuh Tante Asih yang berada di bawah. Gw tekan kuat sehingga Tante asih gelagapan. Batang zakar gw berdenyut-denyut keras. Dan cairan kental, hangat dan licin pun bertubi-tubi pula menyembur, membanjiri lorong vagina Tante Asih yang memang sudah banjir!

Tante Asih tergelincir dari atas tubuh gw. Terkulai lemas. "Dimmmasss! Oukh, aku puasss sekali!" bisik Tante Asih sambil memeluk gw dari samping.

Gw tak menjawab. Memandang langit-langit. Sementara Batang zakar gw masih tegak. Basah dan licin bekas-bekas cairan kenikmatan kami berdua. Tiba-tiba Tante Asih menciumi gw bertubi-tubi. Tangannya meluncur ke bawah dan mulai mengurut-urut batang zakar gw. Rupanya Tante Asih termasuk perempuan bertemperamen panas juga. Nafsunya menggebu-gebu. Diurut-urutnya terus oleh zakar gw dengan mesra, nafsu gw bangkit kembali. Tante Asih senang sekali. Dia melompat dari sikap berbaringnya.

"Ayoh, Dimasss! Timpah aku dari belakang!" ujarnya sambil mengambil posisi nungging. Pantatnya yang besar dan montok itu diacu-acukan ke depan. Melihat pemadangan yang sangat merangsang itu, gw tak kuat lagi menahan diri. Gw melompat ke belakang pantat Tante Aish. Dengan bernafsu, gw remas-remas dan menggigiti bungkalan pantat Tante Asih yang bundar dan putih. "Ayoh, Dimasss! Timpah aku! Hantam, Masss! Hantam! Jangan sungkan-sungkan! Lakukan saja sekehendakmu!" Ditantang seperti itu, tentu saja gw tidak akan mundur.

Gw ambil posisi di belakang tubuh Tante Asih yang nungging. Digenggamnya batang zakar gw yang sudah siap tempur. Diselipkan diantara belakang kedua paha Tante Asih, dan kemudian menerobos bibir-bibir kemaluan Tante Asih yang mencuat dan sudah terbelah. Dan, "Ehg . . . !!" Tante Asih menahan napasnya. Kepalanya menyentak ke atas. Tante Dewi merasa kaget dan sedikit sakit!


"Ayoh, Dimasss! Aku sudah siap . . . !!" ujar Tante Asih dengan tubuh sedikit bergetar, menahan berat tubuh gw yang memeluk pinggangnya dari belakang. Tante Aish lebih menunggingkan pantatnya, sehingga bukit kemaluannya yang sudah bengkak itu semakin mumbul. "Hantammm, Dimmmasss!" ujar Tante Asih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa kesan saat anda membaca blog saya nie?...